Lompat ke isi

Pertanian intensif

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 29 Agustus 2024 13.21 oleh Rocky Reviko T. Lembah (bicara | kontrib) (Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Dalam ekonomi pertanian, pertanian intensif adalah sistem pembudidayaan tanaman atau hewan yang menggunakan masukan (seperti tenaga kerja dan modal) dalam ukuran besar, relatif terhadap luas lahan. Hal ini dilakukan karena pertimbangan efisiensi lahan untuk meraih keuntungan yang besar.

Masukan besar diperlukan untuk aplikasi berbagai teknologi pertanian, seperti penggunaan pupuk, pestisida, benih unggul, mesin-mesin berefisiensi tinggi dan automatisasi dalam penanaman benih/bibit, perawatan, pemanenan, dan pemrosesan produk pascapanen. Selain itu, irigasi juga dilakukan secara terkendali sehingga memerlukan investasi yang besar. Hasil usaha tani dengan pertanian intensif biasanya sangat tinggi karena didukung oleh teknologi yang didasarkan pada berbagai riset terlebih dahulu. Pertanian industrial biasanya akan menerapkan semua teknologi yang tersedia asalkan produksi memberikan keuntungan yang besar dan memenuhi target kuantitas dan standar kualitas.

Suatu usaha tani dapat menerapkan sebagian atau seluruh teknologi tinggi yang tersedia untuk melaksanakan pertanian intensif. Sebagai contoh, paket teknologi yang dipakai dalam Revolusi Hijau untuk menggenjot produksi padi dan gandum di sejumlah negara memiliki sejumlah karakteristik pertanian intensif, tetapi tidak semuanya digunakan. Kebijakan yang diarahkan menuju pertanian intensif dikenal sebagai intensifikasi.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]