Kerusuhan rasial Singapura 1969
Kerusuhan rasial Singapura 1969 adalah salah satu dari dua kerusuhan rasial yang terjadi pascakemerdekaan Singapura. Kerusuhan yang terjadi selama tujuh hari pada tahun 1969 ini merupakan imbas Insiden 13 Mei di Malaysia, yang berakibat korban 4 orang tewas dan 80 orang terluka.[1] Singapura baru mengalami kerusuhan rasial besar 44 tahun kemudian (Kerusuhan Little India 2013)
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pendahulu dari kerusuhan rasial 1969 dapat ditelusuri pada Insiden 13 Mei di Kuala Lumpur dan Petaling Jaya di Malaysia. Hal itu dipicu oleh hasil Pemilihan umum, yang ditandai dengan kerusuhan Tionghoa-Melayu belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Malaysia - 196 orang tewas dan lebih dari 350 luka-luka antara tanggal 13 Mei dan 31 Juli. Angka-angka yang sebenarnya bisa jauh lebih tinggi daripada yang diungkapkan secara resmi. Pemerintah Malaysia menyatakan keadaan darurat dan membekukan Parlemen sampai tahun 1971.[1]
Gangguan tidak ada hubungannya dengan Singapura namun ada imbas tak terhindarkan dari kekerasan komunal di Malaysia ke Singapura. Kerusuhan 1969 terjadi tidak lama setelah kerusuhan komunal sebelumnya pada tahun 1964. Dikatakan bahwa gangguan rasial 1964 di Singapura akhirnya berkontribusi terhadap pemisahan Singapura dari Malaysia pada tanggal 9 Agustus 1965. Histeria bahwa Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) itu sendiri menghasilkan lebih dari keinginannya untuk menegaskan dominasi Melayu (Ketuanan Melayu) di Singapura memiliki efeknya dalam mempertinggi kecurigaan antara Melayu dan Tionghoa di Singapura.[1]
Ketidakpuasan orang Melayu terhadap kondisi sosial dan ekonomi mereka dan kekhawatiran bahwa orang Melayu dianggap sebagai kepemilikan pribumi (Bumiputra) akan hilang, menyebabkan gangguan 13 Mei.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan
[sunting | sunting sumber]Bibliografi
[sunting | sunting sumber]- Conceicao, Joe (2007). Singapore and the Many-Headed Monster. Singapore: Horizon Books. ISBN 978-981-05-7882-4.
- Internal Security Department Heritage Centre, Singapore.