For me it did bring back certain memories of motherhood, but the illustrations are average and there’s no deep connection after I reach the last pagesFor me it did bring back certain memories of motherhood, but the illustrations are average and there’s no deep connection after I reach the last pages....more
Pertama kali baca sinopsis dari buku yang direpackage ini, sudah tertarik untuk membaca lebih lanjut. Tampaknya seru dan cerdas dan lucu. Saya tidak sPertama kali baca sinopsis dari buku yang direpackage ini, sudah tertarik untuk membaca lebih lanjut. Tampaknya seru dan cerdas dan lucu. Saya tidak salah.
Jujur, saya sudah beberapa kali mendengar nama sang penulis walau belum pernah membaca bukunya. Saya kagum dengan cara mbak Riri bercerita, apa adanya, ceplas ceplos, dan ada selera humor yang luar biasa menggelitik di baliknya. Dialognya adalah bagian terkuat dari cerita ini, selalu lucu dan membuat situasi ngenes sekali pun menjadi lucu penuh haru.
Dari segi cerita, mengalir padat tanpa basa-basi. Ada potongan-potongan dalam setiap pengakhiran dan pengawalan babnya yang membuat saya berpikir bahwa buku ini sangat mirip skenario - tak pakai deskripsi bertele-tele, penuh dialog, minim narasi. Saya pun sempat berpikir, alangkah lucunya jika buku ini diadaptasikan menjadi film. Saya menikmati kesederhanaan dan ke-compact-an cerita ini, tak panjang juga tak pendek, melompati jarak waktu tanpa berusaha banyak menjelaskan.
Dari segi karakter, semuanya fresh dan membawa perannya masing-masing dengan baik. Saya memang sempat beberapa kali gemas dengan Flory dan kelakukannya yang kadang insecure, tapi untungnya sang penulis tak pernah berlama-lama membiarkan karakternya terkungkung dalam zona jenuh terlalu lama. Sidekick Flory juga merupakan variasi 4 orang teman terlucu dan paling beragam yang pernah saya baca - mereka tak takut bicara jujur, dan saling mengkontradiksi.
Meski demikian, ada beberapa hal yang juga sedikit mengganggu kenikmatan membaca, misalnya kurangnya konsistensi dalam beberapa hal. Contoh (sedikit spoiler ya): dalam adegan Flory dan Vadin bertemu Gilang, Flory menceritakan itu kepada Ara. Tapi dalam bab selanjutnya, Ara dan Flory berkata mereka tidak menyinggung mengenai keberadaan Vadin saat bertemu Gilang. Lalu ada adegan Flory mengenakan gaun malam sutra, tapi di halaman selanjutnya ada adegan kancing kemejanya lepas.
Selain itu, ada juga beberapa frase yang saking seringnya digunakan, membuat cerita terasa mengulang. Kata 'tergelak' dan 'membakar rokok' terasa begitu banyak, sehingga pembaca mengulang kata kerja tersebut puluhan kali selama cerita berlangsung. Juga beberapa kebetulan yang terus-menerus terjadi: Vadin tampaknya selalu muncul secara tak sengaja di mana pun Flory berada, begitu juga dengan Nadya. Kebetulan-kebetulan ini memang awalnya tak begitu terasa, tapi cukup kentara jika membaca bukunya dari awal sampai akhir dalam sekali baca.
But I do enjoy this slick and intelligent book :) Bikin tertawa, menyegarkan, dan menghibur....more
I have never had the pleasure of reading Jojo Moyes' novels before, despite many titles already published. It was through the recommendation of a fellI have never had the pleasure of reading Jojo Moyes' novels before, despite many titles already published. It was through the recommendation of a fellow friend and Goodreads member, Mia, that I checked out this book and immediately ordered a copy. What rave reviews it's gotten!
I was looking for the next book to read when I found this unread on my shelf of books. I must have been saving it for last, because when I read it, I couldn't stop. I simply had to know what was going to happen next.
The characters are so real they're basically all of us. I share many similarities with Lou; our age, and I could relate to bits of her personality, although sometimes I couldn't get into her head at all. All of the characters are flawed, to the point it becomes annoying to the reader, but I understand perfectly that this is how they're not one dimensional.
To be honest, the book is a bit long, but I finished it in two sittings. There were no boring moments, despite the pages, and everything just flowed wonderfully, the ups and downs, the good andbad. I love being immersed in Lou and Will's lives. I love watching them interact. Sometimes their conversations were mundane, sometimes meaningful, often to the point of bickering cutely, but oh how I enjoyed them.
The ending.. well, it might be bleak for some people (minor spoiler), but for me it was perfect. I thought it was going to a different direction, and here was when the writer changed course and stuck to her plan and surprised me. Come on, I believe all of us was a little surprised with the ending, even though we could sort of see it from the very beginning. I was careful not to read the ending before I started (as per my habit), because I wanted to be surprised.
I am pleasantly surprised.
This is no ordinary chicklit. I don't even want to categorize it as such. But deep down, it is for the hopeless romantic in all of us, and it's not a jolly good fun beach read with funny moments, it manages to be a poignant, thought altering read that I might want to revisit again from time to time....more
Jarang menemukan kumcer yang seluruhnya berisi metropop, jadi idenya unik :) Saya cukup menikmati beberapa cerita di dalamnya, tapi ada beberapa juga Jarang menemukan kumcer yang seluruhnya berisi metropop, jadi idenya unik :) Saya cukup menikmati beberapa cerita di dalamnya, tapi ada beberapa juga yang dari segi tema, eksplorasi dan gaya menulis sangat berbeda dibanding kumpulan cerita yang lain. Meskipun memperkaya keseluruhan buku dan melengkapinya, dan tentunya wajar, karena memang penulisnya toh berbeda-beda, kadang terasa agak janggal saat menemukannya kurang senapas dengan yang lain....more
After reading the Opposite of Love, I expected After You to be just as amazing. And it's not bad or anything, it's just that maybe I've expected too mAfter reading the Opposite of Love, I expected After You to be just as amazing. And it's not bad or anything, it's just that maybe I've expected too much.
We get sucked into Ellie's world immediately, the chaos and loss of a best friend, a husband, a life. But then, I'm not sucked into Ellie as a person. At first I don't understand her, I don't really know why she's making the choices she's making. It's only after half the book that I begin to relate to her, and like her as a character.
The book is rather slow paced, which I'm not so fond of. I find myself skipping a few paragraphs just to get to a scene faster. However, one thing I do find characteristic about the author is that Julie Buxbaum weaves her personal insights and her characters' thoughts so beautifully. Complicated yet very insightful. I love how she creates a journey for her characters to find themselves, and the ending shows that in her books, each and every time. We feel her characters' heartbreaks, their confusion, and their self discovery....more
Saya penggemar mbak Sitta sejak rajin mengoleksi novel, tapi belakangan cukup kangen dengan karyanya yang baru.. dan ketika membaca novel ini, saya seSaya penggemar mbak Sitta sejak rajin mengoleksi novel, tapi belakangan cukup kangen dengan karyanya yang baru.. dan ketika membaca novel ini, saya sedikit banyak mengerti mengapa.
Kesibukan sebagai seorang ibu yang bekerja tertuang dalam buku ini. Pertengkaran dengan ibu, menumpang di rumah orang tua, godaan dari segi berbelanja, me-time, kongkow dengan sahabat, pria lain, dan masih banyak lagi kerap kali menjadi sesuatu yang wajar terjadi pada perempuan urban masa kini. Hebatnya lagi, buku ini nggak hanya harus dibaca oleh istri atau ibu, tapi setiap wanita Indonesia yang masih lajang maupun suatu saat nanti akan berkeluarga.
Karakternya sangat relate-able, kisahnya pun manis - salah satu kelebihan mbak Sitta yang selalu membuat jatuh cinta dengan bukunya. Karakter Hannah terasa three-dimensional dan nyata, sang ibu muda yang emosinya gampang meledak-ledak tapi determined dan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Sosok Wigra pun membumi dan membuat perempuan klepek-klepek. Keduanya membuat pembaca mudah mengasosiasikan diri dan tidak langsung menghakimi, bahkan merasa 'gue banget' :)
Saya hanya berharap, karakter lain lebih banyak tergali sehingga tidak terasa hanya cameo dan two-dimensional, seperti Smith dan Banyu yang secepat kilat mampu membuat kita merasa antipati, tanpa merasakan depth dalam kedua orang tersebut. Sekelibat kita diperlihatkan apa alasan Banyu menjadi semenyebalkan dia sekarang, tapi sisanya hanya membuat saya membenci karakter tersebut sepenuh hati. Begitu juga dengan karakter Upik, Razsya, Eyang Ti, dan orang-orang terdekat Hannah.
Satu lagi, konfliknya cukup berlapis dan saya suka solusi yang membalut setiap konflik dengan manis, tapi cukup beragam sehingga membuat lelah karena konflik baru tak kunjung surut. Misalnya, masalah dengan Banyu cukup membuat ribet, kemudian disusul oleh konflik Olivia Chow dan Ara, yang dipertunjukkan sesaat sebelum cerita berakhir, sehingga terasa pincang dan berlebihan. Menurut saya, jika konflik utama diperluas dan diberikan cabang-cabang secukupnya akan cukup memperkaya inti cerita :)
Overall, bacaan yang membuat kita mikir, bagaimana baiknya mengasuh anak di zaman sekarang, pentingnya komitmen saat banyak orang di sekitar kita yang berusaha menggoyahkan hal tersebut, dan pentingnya sebuah keluarga....more
I got this book at a big sale at the bookstore and was caught off guard by the sheer simplicity of the cover, but really it was the synopsis that madeI got this book at a big sale at the bookstore and was caught off guard by the sheer simplicity of the cover, but really it was the synopsis that made me buy it.
Now that I finally got around to reading it, and perfect timing too since it's almost Christmas, suffice to say it blew me away. I love all the characters, perfectly flawed but not succumbing to the verge of annoyance. It's like I can understand them, get into their heads, each and every one of them. I like that Emily has a few good friends as opposed to that hot blonde best friend. She has Kate, Jess, Mason, and she is loved.
One other thing that's so strong about this book, other than characterization and narrative voice, is dialogue. Every dialogue rings true and sounds like something a real person would say. It's meaningful, it hits a gut feeling, it strikes a chord.
I cried along with Emily in the last few scenes with Grandpa Jack. I love her raw honesty, just how real it is. I can't believe it's a debut novel, the proses so beautiful they give me chills and add a new meaning to each sentence. It's an emotional roller coaster, and I enjoy every page.
Very well written. I'm officially a big fan....more
**spoiler alert** Sejujurnya pertama kali baca nggak terlalu tertarik :) mungkin karena topiknya tentang wartawan perang dan lika-likunya. Cuma satu k**spoiler alert** Sejujurnya pertama kali baca nggak terlalu tertarik :) mungkin karena topiknya tentang wartawan perang dan lika-likunya. Cuma satu kesamaan antara saya dan Viola, yaitu suka melihat dan menilik bentuk awan.
Dibaca kedua kali, jatuh cinta dengan humornya yang lugas dan nggak garing. Pengarangnya sungguh dapat memperkenalkan sesuatu yang baru dalam novelnya, apalagi dunia itu nggak mudah, tapi penulis mampu bercerita seakan-akan ia adalah wartawan perang juga :)
Sebenarnya mau rating 4 bintang, tapi sayang di akhir terlalu terburu-buru. Bagaimana Igo kembali? Dan saya bingung, kenapa si Igo yang jelas-jelas tahu Viola suka sama dia, justru malah menjauh setelah kepulangannya? Bagi saya itu sangat nggak masuk akal, dan terburu-burunya bagian akhir, diikuti dengan ending yang kurang tergali, membuat saya garuk-garuk kepala sendiri.
Enjoyable! Pace-nya cepat dan penuh konflik, jadi nggak membosankan. Cerita langsung bermula tanpa bertele-teBaru baca buku ini stelah beli agak lama.
Enjoyable! Pace-nya cepat dan penuh konflik, jadi nggak membosankan. Cerita langsung bermula tanpa bertele-tele, dan chemistry antara Fiona-Evan sangat terasa :) dialognya juga wajar dan menyenangkan untuk diikuti. Yang sedikit mengganggu hanya pengulangan narasi seperti kekuatiran Fiona dan pikiran Evan yang cenderung repetitif, juga perubah sudut pandang dalam satu adegan yang begitu cepat sehingga saat sedang asyik larut dalam narasi Fiona tiba-tiba berubah menjadi Evan yang sedang menarasikan bagian mengenai Fiona. Begitu pula dengan berbagai kebetulan yang terjadi, seperti saat Evan tiba-tiba bertemu dengan Kejora di mal, dan berbagai kejadian jatuh Fiona di rumah Evan. Di luar itu, I like it.
Pertama kalinya baca bukunya Dahlian, btw :) ...more
Awalnya, agak-agak kesel sama karakter Senja yang neurotic, nggak percaya diri, dan stres melulu. Seiring dengaPertama kali baca karyanya mbak Okke :)
Awalnya, agak-agak kesel sama karakter Senja yang neurotic, nggak percaya diri, dan stres melulu. Seiring dengan jalannya cerita, kurasa mbak Okke mampu mengemas 'dunia penulis' dengan akurat, mulai dari email-email berisi kritik, saran, pujian, celaan.. komentar dan review negatif, perlunya bersosialisasi dan hadir di acara publikasi, mencari nama sebagai penulis.. dan masih banyak lagi. Karena kehidupan penulis memang bukan terpatok pada menulis saja.
Hubungan Senja dengan Genta juga terbina penuh chemistry, sayangnya ternyata akhirnya nggak disangka :) saya pribadi berharap mereka bakal jadian, tapi ternyata... anyway, saya menghargainya sebagai elemen surprise yang cukup mengejutkan, dan bisa dibilang cukup realistis.
Overall, cukup enjoyable dan bebas drama, walau ada beberapa bagian yang menurut saya datar dan saya tidak terlalu menyukai karakter Senja :)...more
The idea is quite original, although it reminds me of Sophie Kinsella's Remember Me, which is the opposite (a woman becoming her older self instead ofThe idea is quite original, although it reminds me of Sophie Kinsella's Remember Me, which is the opposite (a woman becoming her older self instead of meeting her younger self). It is also very different from her other works, although she has explored imaginative themes before, such as in Me and Mr. Darcy, and Be Careful What You Wished For, which I loved.
I have to say I prefer her more realistic approaches to life and love, though, such as in Calling Romeo, which is my favorite. Th...moreThe idea is quite original, although it reminds me of Sophie Kinsella's Remember Me, which is the opposite (a woman becoming her older self instead of meeting her younger self). It is also very different from her other works, although she has explored imaginative themes before, such as in Me and Mr. Darcy, and Be Careful What You Wished For, which I loved.
I have to say I prefer her more realistic approaches to life and love, though, such as in Calling Romeo, which is my favorite. This one seems too romantic comedy, too Sophie Kinsella, and although some bits are funny and fun, some are draggy and over comedical it's not even funny anymore.
First few chapters are slow. Last few chapters are good. I especially love Charlotte's dialog with Olly, and the ending.. also the coincidences when Charlotte met her older self later on :)
I'm a big fan of the ever so hilarious Shopaholic series.
I don't know whether I'm the one who's changed, or the series are not that great anymore. It I'm a big fan of the ever so hilarious Shopaholic series.
I don't know whether I'm the one who's changed, or the series are not that great anymore. It used to be so funny and thrilling. This one's still funny, and the last half of the book quite a madcap adventure, as some reviewers call it, but the rest is flat, boring, and I don't find myself loving the adventure I'm in, at all.
Becky, as a mid 20s, single woman with an independent career, albeit with a huge credit card debt, I'm fine with it. Becky, nearly 30, married woman with a suspension at work, a 2 year old spoiled daughter, still with the debt and more to come, I'm not so sure. She's not setting a good example at all, and she's still delusional, insane, and even more so in this book. We're talking about Luke's party at length in this book, and although the party turns out to be quite sensational in the end, her behavior just doesn't cut it. I find myself disliking the rest of the characters too - Mum, the source of Becky's irate behavior, Jess, who's getting some spotlights but they're so boring, Suze, who's supposed to be more sensible but turns almost dim in this book, Danny, the selfish designer, Minnie, the crazy spoiled child, and I can go on... my favorite character remains, Luke, but even he's getting the insecurity bug, follows the crazy antics of his in law family, and also doing things that don't make sense.
Despite what a madcap adventure I get from the last half of the book, I'm still not sure the charm of the series holds. Becky has got to grow up. She has got to stop getting herself in trouble and not always get out of it the easy way. Though if you ask me, once she's grown up, I'm not sure the shopaholic series will be fun any longer :)...more
I liked Divortiare, so I did look forward to the release of this book. Story wise, despite flawed and sometimes self-centered characters,Weekend read!
I liked Divortiare, so I did look forward to the release of this book. Story wise, despite flawed and sometimes self-centered characters, I find the story to be quite engaging. In fact, that's the author's best trait; she can always engage the readers in even the most mundane topic, and make it feel personal and easy to relate to.
A few things I'd like to comment on: the three main characters (Keara, Harris and Ruly) are distinct enough for readers to be able to differentiate them through different narratives, but most of them are too similar to the characters from the author's previous books. Perhaps it's because they have the same job, lifestyle, and preferences, but I wish I'd seen a different side and personality. Reading the book also sometimes feels like seeing things through the perspective of the writer, which is where the line between a character and the writer's voice blurs.
Another thing is with the length of the story, which drags at some point and makes me skip a couple of pages. Some chapters serve the same function and deliver similar results, and I personally think if they were cut, the plot could've been tighter and the pace would've been faster.
That being said, it's an interesting book with a nice concept and execution....more
I wanted to like this book, I really do. Judulnya catchy, covernya bermakna, sub-chapter title-nya oke. Premise-nya meyakinkan, sinopsisnya gampang ditI wanted to like this book, I really do. Judulnya catchy, covernya bermakna, sub-chapter title-nya oke. Premise-nya meyakinkan, sinopsisnya gampang ditebak tapi nggak ngasih clue ke endingnya.
Lalu?
Ketika membaca buku ini, pembaca akan larut dalam curhat dan monolog seorang Teguh Pradana, yang notabene gemuk (walau sepertinya lebih ke arah tinggi besar) dan kehidupan percintaannya dengan Tantri yang diceritakan dari sudut pandang Teguh. Tantri ini hanya dideskripsikan lewat obrolan Omar dan Teguh, pada awalnya sangat sangat nggak simpatik, di akhirnya menjadi.. lain.
OK, mungkin ini adalah taktik agar karakter tersebut menjadi 3 dimensional. Tapi saya sebagai pembaca merasa terombang-ambing dengan perubahan karakter yang sangat 180 derajat. Pengakuan Tantri nggak masuk akal. Sikapnya menyebalkan tapi dijelaskan manusiawi.
Dan Teguh? Weepy. Nggak tegas. Cengeng. Walau karakternya menunjukkan perkembangan begitu menuju akhir cerita, namun kisah dan perasaannya dengan Nadia pun terasa terlalu cepat. Beberapa hari cutinya di Jogja, dan mereka langsung berkomitmen? beberapa minggu dan siap nikah? Lalu bagaimana dengan karakter Nadia yang ceritanya dewasa, tapi berbohong tentang usianya?
Terasa terlalu terburu-buru, serba kebetulan, dan membingungkan. Semakin bingung karakter utamanya, semakin bingung pula pembaca dengan sikapnya.
Oh ya, ada beberapa typo dan kesalahan, seperti supir yang dijelaskan sebagai supir Tantri, tapi kemudian ternyata supir Nadia. Dan lain-lain.
Anyway, I did enjoy some little moments and monologue. Tapi membaca keseluruhannya seperti melewati 1 novel New Moon saat Bella diputus Edward dan menghabiskan setengah buku menjadi karakter yang suicidal dan stres. We've all been there and understood that, but we don't want to go through all that again....more
Baca draft awal buku ini beberapa tahun silam dan masih belum mengira ke mana plotnya akan berjalan. Membaca buku ini selama penerbangan ke Taipei danBaca draft awal buku ini beberapa tahun silam dan masih belum mengira ke mana plotnya akan berjalan. Membaca buku ini selama penerbangan ke Taipei dan menyelesaikannya dalam tiga jam straight tanpa berhenti.
Saya suka.
Pahit, manis. Cerdas. Tidak terlalu bertele-tele. Karakternya manusiawi - kita menyukai dan membencinya pada saat yang bersamaan. Menurut saya cerita yang bagus seperti itu :) dan ciri khas Layla alias Morra sangat tercermin di setiap lembarannya.
Masalah kecil menurut saya hanyalah plot bagian awalnya yang agak jumpy. Melompat sedikit dengan random, strukturnya sedikit kurang tertata rapi. Pengenalan karakter-karakter kecilnya agak kurang, dan karakter-karakter yang tampaknya penting di awal sama-sekali hilang di bagian tengah hingga akhir.
Boring and predictable plot. Flat 2D characters, unlikeable. A whole load of cliches. I don't like the writing style. Too many subplots and secrets told iBoring and predictable plot. Flat 2D characters, unlikeable. A whole load of cliches. I don't like the writing style. Too many subplots and secrets told in the early part of the story. Nothing that blows one's mind away.
Boring. Boring. Boring. In fact, I'm kind of mad I'm spending time to read this book. Sorry, I like Jemima J so much better and have stopped reading Jane Green's books after her newer books....more
Pertama kali mencoba membaca buku Clara Ng lagi setelah kurang menyukai karya-karya sebelumnya.
Judul dan konsep yang menarik, juga karakter yang cukupPertama kali mencoba membaca buku Clara Ng lagi setelah kurang menyukai karya-karya sebelumnya.
Judul dan konsep yang menarik, juga karakter yang cukup simpatik - walau karakter pria rasanya masih memiliki ruang untuk dikembangkan lebih dalam lagi sehingga kedua sisi dapat ditampilkan. Melalui narasi pertama yang diselipkan di setiap bab, karakter Sassy dapat lebih dimengerti dan saya merasa mengerti apa yang dia lakukan, alasan dia untuk tetap bertahan dalam hubungan abusif tersebut.
Overall, karya yang cukup menarik. Sejauh ini, hanya karyanya yang ini yang saya sukai :)...more